Sabtu, 07 November 2009

Produksi TV dan Pengarah Acara

1. Tugas dan tanggungjawb Pengarah acara
Kegiatan dari semua tugas di stasiun penyiaran akhirnya tertumpu kepada hasil karya Pengarah Acaranya, meskipun akhirnya pertanggungjawaban seorang Pengarah Acara bukan kepada siapa pun, tetapi justru kepada khalayak penonton.
Memang tugas Pengarah Acara sulit dan rumit, ia harus bekerja pada media yang berteknologi tinggi, sementara selalu dituntut akan kreativitasnya, di samping harus selalu memperhatikan kemampuan dan keterbatasan dari seluruh kerabat kerjanya dan harus selalu berusaha agar mereka tetap mau be¬kerja sama, sebab bagaimanapun bahwa setiap anggota kerabat kerja adalah seorang yang ahli di bidangnya.
Seorang Pengarah Acara yang baik bukan seorang yang mengetahui segala sesuatunya lebih baik bila dibandingkan dengan anggota kerabat kerjanya, tetapi ia yang mampu memberikan motivasi-motivasi tertentu agar mereka selalu bekerja sebaik-baiknya, di samping harus mampu mengkordinasikannya menjadi suatu usaha untuk menciptakan acara televisi sebaik mungkin.
Khusus bagi Pengarah Acara yang baru mulai karirnya, tentu akan menjumpai berbagai kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, karena itu perlu diperhatikan beberapa petunjuk di bawah ini, agar segera dapat berintegrasi dengan kerabat kerja anda.

1.1. Pengarah Acara harus menilai acaranya
Suatu pekerjaan yang tidak mudah adalah menilai suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan, kemudian memberikan pandangan yang obyektif atas pekerjaan yang sedang digarap, tetapi meskipun demikian pekerjaan itu hanya dapat dirasakan, misalnya terasa menjemukan, maka kalau terjadi hal yang demikian harus segera mengambil langkah seperlunya.
1.2. Pengararr Acara harus melihat monitor.
Apabila sebuah acara tanpa melakukan latihan terlebih dahulu, maka Pengarah Acara harus membuat run down yang be'risikan bagian-bagian, gerakan-gerakan yang pokok dan hal lain yang dianggap perlu. Run down ini hanya merupakan pegangan saja, sehingga saat operasional Pengarah Acara harus selalu memperhatikan monitor, dengan tujuan untuk melihat akan kemungkinan gerakan -gerakan berikutnya.
Tetapi sebalinya apabila menggunakan naskah lengkap, di mana que untuk gerakan kamera, transisi gambar, pengarahan kepada kamerawan sudah tertera di dalamnya, maka berdasarkan naskah ini Pengarah Acara akan dapat bekerja sebaik mungkin, meskipun harus selalu memperhatikan monitor.
1.3. Pengarah Acara harus menepati waktu.
Acara siaran televisi harus dimulai dan diakhiri pada waktu yang sudah ditetapkan, karena itu sebagai Pengarah Acara harus mampu membagi dan mengendalikan waktu yang bagaimanapun, sehingga waktu yang telah ditetapkan dapat ditepati dan dimanfaatkan sebaik mungkin.
1.4. Pengarah Acara harus mampu memberikan komando.
Pengarah Acara di dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan seluruh anggota kerabat kerjanya, karena itu di dalam memberikan petunjuk, agar selalu digu-nakan bahasa komando yang telah disepakati bersama, karena masalah ini sangat penting akan dibahas tersendiri.

2. Peranan Pengarah Acara
2.1. Peranan Presentasional
Peranan Pengarah Acara pada tingkat ini terbatas pada teknik penyuguhan acra televisi yang bersifat merangkai gambar dan suara, dari hasil pemikiran seorang perencana acara atau producer.
Acara yang ditangani masih bersifat umum, misalnya: Siaran Berita, Panel diskusi, Wawancara dan sejenisnya.
2.2. Peranan yang selektif
Pengarah Acara di sini akan memimpin suatu kelompok kerj'a produksi, di mana anggotanya merupakan tenaga ahli di bidangnya. Pada saat pertemuan pertama kerabat kerja¬nya akan memberikan saran, pemikiran dan pendapat atas pemikiran dan rencana yang disampaikan Pengarah Acara, di sini Pengarah Acara akan meneliti berbagai saran dan pendapat dari kerabat kerjanya untuk kemung-kinannya dapat diterapkan pada saatnya nanti.
Pada akhirnya Pengarah Acara akan berkonsentrasi pada tugasnya, sedangkan anggota kerabat kerjanya telah mempersiapkan segala kemampuannya, agar acara yang akan ditangani bersama dapat berhasil sebaik-baiknya.
Karena dinamika acara yang ditangani cukup tinggi maka masalah kordinasi di antara anggota kerabatnya me¬rupakan masalah yang mutlak, sehingga setiap anggota dapat mencurahkan ke bidang tugas masing-masing dengan penuh rasa tanggungjawab.
2.3. Peranan sebagai organisator
Sebagai organisator Pengarah Acara akan merancang dan memikirkan seluruh konsep produksi acara yang ditangani, sedangkan pada hal-hal tertentu akan menulis pula naskahnya, merancang staging treatmentnya.
Pengarah Acara akan bertindak sebagai pimpinan di dalam melaksanakan produksi, baik dilakukan di dalam studio maupun di luar studio.
Segala pemikiran Pengarah Acara yang tertuang di dalam konsep, akan direalisasikan menjadi suatu kenyataan oleh seluruh anggota kerabat kerjanya, sehingga akhirnya acara televisi bisa menjadi kenyataan dan yang lebih penting'lagi sesuai dengan selera, keinginan serta kebutuh-an khalayak.
Dari penjelasan dia tas menunjukkan bahwa tidak benar adanya pendapat yang menyatakan tugas pengarah acara. hanya pada saat duduk di kamar kontrol saja.

Memang tugas di meja kontrol tadi baru sebagian kecil tugas seorang pengarah acara, dari keseluruhan tugas yang harus dilaksanakan serta dipertanggungjawabkan.
Karena itulah dengan tugas dan tanggungjawab seorang pengarah acara seperti diuraikan di atas, maka sebagai seorang pengarah acara dituntut bukan saja yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat teknis produksi, tetapi juga hal-hal yang berkenaan dengan kejiwaan dan persaratan-persaratan tadi antara lain:
a. Seorang pengarah acara harus mengenal serta mengetahuikarakteristik media televisi dengan baik.
b. Seorang pengarah acara mempunyai daya cipta dan daya reka yang tinggi.
c. Seorang pengarah acara harus menguasai benar tentang dasar-dasar teknik produksi acara televisi.
d. Seorang pengarah acara harus menyadari bahwa hasil karya produksinya, bukan untuk memuaskan diri sendiri, tetapi akan ditonton dan rnemuaskan jutaan pasang mata.
e. Seorang pengarah acara harus berkepribadian dan berpenampilan simpatik.
f. Seorang pengarah acara harus tegas dan cepat di dalam mengambil keputusan, terhadap masalah yang dihadapi, ini berarti harus mempunyai kewibawaan dan dengan penuh rasa tanggung jawab.
g. Seorang pengarah acara harus berpembawaan tenang dan bijaksana, dalam arti mau menerima saran dan pendapat dari siapa pun, khususnya anggota kerabat kerjanya.
h. Seorang pengarah acara tidak boleh cepat tersinggung, hal ini akan dapat merusak suasana kerjasama team.
Untuk melaksanakan tugasnya di samping bahu membahu dengan kerabat kerjanya, juga akan saling berkonsultasi dengan Technical Director dan untuk meringankan tugasnya pengarah acara dibantu oleh Asisten Pengarah acara, di mana Asisten pengarah acara ini bertugas melaksanakan hal-hal yang bersifat administratif dan pengorganisasian pelaksanaan produksi dan bersama dengan unit manajer akan merencanakan breakdown produksi dan shooting schedule dan Call sheet, di mana telah di -daftar seluruh lokasi yang akan dipergunakan, waktunya, nama-nama kerabat kerja serta artis yang terlibat.
Sedangkan pada set dekorasi asisten pengarah acara akan mengatur kerabat kerja dan mem bantu di belakang layar mem-bantu mengarahkan (Directing) sesuai dengan rencana penga¬rah acara, karena itu tempat duduk asisten pengarah acara ini di samping Pengarah acara.

3. Pengarahan (Directing) Penyutradaraan
Masalah yang sering dhadapi seorang pengarah acara saat melaksanakan pengarahan, justru yang menyangkut masalah kejiwaan, khususnya bagi mereka yang masih baru, sewaktu memberikan komando kepada kerabat kerjanya, maupun saat mengambil keputusan, gambar mana yang akan direkam atau di-udarakan, sering timbul keragu-raguan, hal tersebut disebabkan karena di dalam benaknya selalu terlintas sekali bertindak harus selalu diikuti dengan tindakan berikutnya yang tidak ada henti-hentinya dan tindakannya harus selalu tepat, tepat dalam arti sebagai seorang komunikator di dalam mengkomuikasikan ide atau gagasannya yang telah dituangkan ke dalam naskah dan dengan mediumnya para artis pendukungnya. Apalagi kalau yang ditangani tadi merupakan siaran langsung, di mana tidak akan terjadi memperbaiki suatu kesalahan, hal ini merupakan beban mental tersendiri.
Karena itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seorang pengarah acara harus benar-benar memahami segala ketentuan sebelum melangkah lebih lanjut menuju ke arah pelaksanaan produksi, sebab tidak ada buku petunjuk yang dapat digunakan sebagai panduan dalam mengatasi masalah ini, sebab masalah yang timbul sangat individual sifatnya.
Di bawah ini diberikan beberapa dasar aturan permainan, tentang bagaimana dan apa yang harus diucapkan oleh seorang Pengarah Acara yang sedang melaksanakan tugasnya di ruang kontrol.
A. Setiap akan memberikan komando harus selalu mengata-kan: DARI SIAPA dan APA yang akan terjadi serta KAPAN.
B. Pastikan bahasa komando yang digunakan, dari saat mulai melakukan latihan awai sampai dengan berakhirnya tugas produksi.
Untuk jelasnya akan kita bahas bagaimana pelaksanaannya saat Pengarah Acara melakukan tugas operasional.
Sewaktu akan melaksanakan tugas, tentunya anda sebagai Pengarah Acara sudah mengetahui bahwa Telecine I dan Telecine II sudah siap untuk dipergunakan, karena itu saat ope¬rasional sedang berjalan. anda jangan dengan seenaknya me-ngatakan Telecine start, sebab akan menjadikan operator teiecine menjadi kebingungan, sebab kata start tadi bisa menim-buikan pertanyaan Telecine yang mana, Telecine I atau Telecine II. Karena itu sesuai dengan petunjuk (A) di atas yang seharusnya anda menyebutkan SIAPA, APA sebelum KAPAN, maka seharusnya anda mengatakan : Telecine I/II stanby………… Telecine I/II start, demikian pula contoh berikut ini:
Di studio anda sebagai Pengarah Acara menggunakan 3 buah kamera, pada suatu saat semua kamera mengambil gambar CU ke setiap pengisi acara, daiam hal ini tentunya anda tahu bahwa kamera 3 yang akan anda gunakan, karena pengisi acara akan berbicara dan anda langsung saja mengatakan: CUT 3. Komando anda yang demikian akan memungkinkan Switcher berpikir bahwa pembicara akan diambil dengan kamera 2, sebab karakteristik seorang switcher mempunyai daya refleks tinggi serta kritis daiam berpikir, sehingga saat anda mengatakan CUT dia segera melakukan cutting ke kamera 2 bukan kamera 3 seperti permintaan anda, lalu seharusnya bagai-mana?
Kita lihat kembali ketentuan (A) di mana dinyatakan anda harus selalu menyampaikan SIAPA dan APA sebelum KAPAN, maka dengan dasar tersebut seharusnya anda menyampaikan 3 ...... CUT, atau lebih sempurna lagi KE TIGA ... CUT, beberapa Pengarah Acara banyak yang hanya menyebut nomor kamera saja, hal ini tentunya mempunyai maksud: "Silahkan ke kamera no ...".
Sekarang kita menengok ke ketentuan dasar (B), misalnya saat mulai latihan telah ditentukan corak dasar bahasa komando dengan mengatakan untuk cut, 3 ... pauze cut, maka saat anda melakukan rekaman atau siaran langsung, corak komandonya harus dipertahankan, sebab tugas seorang switcher, kamerawan dan anggota kerabat kerja lainnya, bukan sekedar menghafal bahasa komando saja, karena itu kemungkinan bisa terjadi per¬mintaan anda tidak akan dilaksanakan, karena kerabat kerja anda masih akan. menunggu kelanjutan komando anda sesuai denganb ahasa komando yang telah disepakati bersama, karena itu ketentuan dasar (B) harus ditaati sebaik-baiknya, apabila anda tidak ingin pekerjaan anda terhambat, yang disebabkan ketidak-disiplinan anda sendiri.


Komando lain yang sering disampaikan oleh Pengarah Acara adalah:

a. Kepada kamera.
Telah kita ketahui komando untuk gerakan kamera, penggunaan lensa zoom, kita harus ingat akan ketentuan dasar (A) sehingga bahasa komando yang diucapkan 3 (tiga) zoom in, bukannya zoom ... 3, karena itu jangan anda menggunakan istilah lain yang mungkin akan membingungkan kerabat kerja anda.

b. Switcher
Sering Pengarah Acara yang masih baru mengalami kesulitan, khususnya daiam memberikan komando kepada switcher, komando yang umum diberikan adalah:
CUT OVERLAY FADE IN
MIX SUPERIMPOS EFADE OUT
WIPE INSERT FADE SOUND &
(untuk caption) VISION

Komando-komando memang harus diberikan sesingkat-singkatnya, tetapi jangan terlalu singkat sebab bisa membi¬ngungkan, misalnya ... dua, apa artinya ini. Seperti diuraikan di muka, disarankan seyogyanya saat latihan semua corak komando harus telah diberikan dan ditaati sebaik-baiknya, tentu saja corak komando harus telah disepakati lebih dahulu, dengan jalan demikian maka saat rekaman atau siaran ber-langsung, Pengarah Acara tidak lagi banyak memberikan komando kepada kerabat kerjanya, tetapi sebaliknya switcherlah yang akan berperan daiam kelancaran jalannya operasional.
Kalau semua ini dapat berjalan lancar, maka Pengarah Acara dapat mengkonsentrasikan ke tugas lainnya yang memang memerlukan perhatian secara khusus, seperti misal¬nya jalannya dialog para artis, atau perjalanan acara yang sedang berlangsung, tetapi hal tersebut baru akan dapat ter-laksana kalau:
b.1. Pengarah Acara mempunyai konsep kerja yang rapi, jelas dan terinci.
b.2. Mampu memberikan penjelasan secara rinci kepada semua anggota kerabat kerja.
b.3. Mampu menjalin hubungan kerjasama yang serasi bersama anggota kerabat kerjanya.
Pada acara yang menggunakan script, hal tersebut di atas dapat menimbulkan masalah psychologis khususnya bagi Pengarah Acara yang baru, mengapa? Karena seolah-olah yang menggerakkan acaranya adalah seorang switcher dan merasa dirinya tidak bisa lagi melakukan komunikasi dengan kerabat kerjanya, hal ini dapat dimaklumi, meskipun sebenar-nya Pengarah Acaralah yang membuat segala rencananya. sedangkan switcher hanya merupakan pelaksana saja, demi-kian pula Pengarah Acaralah yang akan selalu memberikan keputusan terakhirnya dan yang akan selalu bertanggung-jawab terhadap hasil karyanya.

c. Penata suara
Di sini Pengarah Acara juga akan menggunakan komando-komando yang sangat mem bantu akan kelancaran tugas me-reka, misalnya saja: Siap audio tape I Start audio tape I
Pada saat acara sudah mulai akan lebih bijaksana lagi kalau:
Siap audio tape I
Fade in audio tape I
Hal ini akan menguntungkan karena akan memberi kesempatan agar suara lebih mendahului gambar, demikian pula kalau:
Fade out audio
Fade out video
Kalau pada saat latihan gambar di luar permintaan Pengarah Acara, misalnya saja boom mike atau lainnya nongol di layar, jangan segera diperingatkan, karena mereka juga mempunyai rasa tanggungjawab bersama, sehingga mereka akan berusaha sendiri menyelesaikan persoalan tersebut di antara mereka.

d. Penata lampu
Komando untuk menata lampu memang tidak dimiliki, tetapi ini tidak berarti bahwa Pengarah Acara dapat semaunya dalam memberikan komando, hal ini disebabkan masalah tata lampu sudah dipersiapkan saat akan melakukan latihan dan kalau perlu diberikan komando-komando secara khusus akan diberikan meskipun sifatnya merupakan kompromi saja, misalnya penurunan atau menaikkan intensitas cahaya pada saat tertentu, komandonya perlu dikompromikan lebih dahulu.

e. Telecine dan VTR
Komando yang ditujukan ke Telecine dan VTR harus dida -hului dengan kata SIAP, hal ini disebabkan ruang kerjanya terpisah dengan ruang operasional lainnya. sehingga ke-mungkinan terjadinya gangguan suara masih bisa untuk ber¬usaha mengerti maksud komando vang diberikan. VTR Telecine ...... SIAP
haruslah disebut nomor peralatan yang akan dipakai
VTR I, TELECINE II ......... SIAP
VTR I START
TELECINA II START
Bila terjadi kekeliruan segera diberikan komando lagi sebagai tindak lanjut sejelas mungkin
STOP VTR I
STOP TELECINE II
dan ikuti dengan segera: Kembalikan ke keadaan semula. kalau hal tadi masih akan dilanjutkan lagi.

f. Floor Director
Pada dasarnya que untuk artis diberikan Floor Director, kata action mulai disampaikan kepada mereka yang ada di studio untuk memulainya, sebaliknya pada latihan kamera di studio dan Floor Director akan menghentikan sebaiknya sebutkan nomor shotnya dan halaman keberapa, agar dapat memban-tu kepada semua kerabat kerjanya dan mereka segera akan mengetahui apa yang terjadi, demikian pula saat akan mengakhiri acaranya, berikan masih berapa lama acara akan berakhir, misalnya 1 menit lagi, untuk lebih jelasnya kode-kode komando bagi Floor Director dapat dipelajari pada halaman berikut dan tentu saja perlu diketahui pula oleh seluruh ang-gota kerabat kerja.

g. Lain-lain
Pada saat anda sedang memberikan komando jangan berteriak atau terlalu dekat dengan mikropon, karena komando yang anda berikan justru tidak jelas, bahkan ada kemungkin-an anggota kerabat anda yang menggunakan earphone di telinga akan melepaskannya, tetapi sebaliknya juga jangan terlalu jauh, karena ada kemungkinan tidak akan terdengar dengan baik/jelas.
Bertindaklah dan bersikaplah sedemikian rupa terhadap seluruh anggota kerabat kerja dengan penuh perhatian pada segi kejiwaan, karena itu jangan segan-segan menyampaikan kata-kata yang memang jarang diucapkan oleh Pengarah Acara senior sekaiipun, misalnya: SILAHKAN, TER1MA KAS1H pada saat yang tepat, demikian pula jangan segan-segan meminta MAAF apabila anda membuat suatu kesalahan dengan cara yang mengena.

3.1. Metode pemberian aba-aba
Memberikan aba-aba tidak semudah kita bayangkan, kare¬na di samping harus menguasai masalahnya, juga harus di-lakukan secara tepat. ada beberapa cara pemberian aba-aba yang berupa kata-kata, tanda-tanda, gerakan atau dengan gambar.

1) Aba-aba secara verbal
Aba-aba secara verbal dilakukan dengan mengguna¬kan kalimat dalam dialog, yang tentunya sebeiumnya telah disepakati bersama, demikian pula dalam komen-tar dapat diberikan aba-aba dimulai/diakhiri atau ber-alih ke sumber lainnya.
2) Aba-aba melalui interkom.
Aba-aba ini sifatnya secara langsung diberikan kepada pengisi acara/pembaca berita atau komentator dengan menggunakan earpiece.
3) Aba-aba melalui tolly light.
Pengisi acara dapat memperhatikan lampu berwarna merah di atas kamera, sebagai tanda mulai.
4) Aba-aba melalui monitor.
Peragaan tertentu yang dapat dilihat pada output mo¬nitor, dipergunakan sebagai tanda dimulainya atau di-akhirinya suatu kegiatan, artinya dapat dipergunakan sebagai perpindahan kegiatan satu ke kegiatan lainnya.
5) Aba-aba Pengarah acara.

A. Untuk Kamera
Aba-aba:
1. Shot pembukaan

2. Line Up shot 25.

3. Ready 2

4. Berikan 2 shot. 3 shot, shot group.
5. Zoom in/out
6. 2 match dengan 3

7. Tambah/kurangi head room.
8. Tambah/kurangi walking
9. Center

10. Pan left/right

11. Tilt down/up

12. Dolly back/track back

13. Dolly in/track in

14. Track left/Crab left.

15. Track right/Crab right.

16. Arc left/right (swing)

17. Pedestal Up/Down
18. Crane Up/Down
19. Focus 3

20. Lose frame A
21. FullfokusA.
22. Folow fokus A
23. Split fokus

24. Stand by A berdiri.
25. 3 bebas

26. Follow A Keterangan:
Kamera mempersiapkan shot-shot untuk pembukaan.
Mengatur sot kamera dan subyek untuk komposisi 25.
Stan by cue kamera 2.

Shot berisikan 2 atau 3 orang.

Narrow - wide pada zoom lens angle
Kamera 2 dicocokkan dengan ka¬mera 3, untuk disiapkan ke Super impose.
heed room Mengurangi/menambah head room.
Mengurangi/menambah walking
room/nose room.
Atas subvek agar berada di tengah frame.
Gerakan horizontal kepala kame¬ra kekiri/kekanan.
Gerakan vertikal kepala kamera ke atas dan ke bawah.
Menggerakkan seluruh kamera dari subyek.
Menggerakkan seluruh kamera ke subyek.
Gerakan seluruh kamera paralel ke kiri.
Gerakan seluruh kamera paralel ke kanan.
Gerakan kamera setengah lingkaran kekiri/kekanan.
Naikkan/Turunkan Pedestal.
Naikkan/Turunkan Crane.
Peringatan ke kamera 3 untuk mengatur fokusnya.
Merubah fokus subyek.
Merubah fokus dari subyek lain ke A.
Fokus tetap pada A.
Fokus merata ke subyek-subyek pokok.
A mulai akan berdiri.
Kamera 3 bebas untuk mengambil shot berikut setelah super¬impose.
Subyek tetap diikuti kamera.

B. Untuk Floor Director. Aba-aba:
Aba-aba:
1. Posisi pembukaan

2. Stand by pemain

3. Cue bermain
4. Tahan

5. Mulai dari atas.


6. Mulai dari shot 20
7. Gerakan A kekiri kamera.
8. Lihat ke 3.

9. 2 menit lagi. Keterangan:
Pengisi acara/peraiatan siap un¬tuk muiai.
Siapkan pengisi acara, siap me-nerima aba-aba untuk mulai.
Berikan aba-aba agar pemain mulai.
Hentikan gerakan untuk perbaik-an kesalahan.
Mulai kembali dari permulaan dari suatu sequence atau mengu-langi latihan.
Latihan dimulai dari shot 20.
Gerakan A ke sisi kamera.

Pengisi acara diberi aba-aba agar melihat ke kamera 3.
Batas waktu tinggal 2 menit lagi danakan berakhir.

C. Untuk Soundman.
Aba-Aba:
1. Fade Up Sound
2. Stand By Music (Disc, Tape, Peringatan Sebelum Mulai. Casette Dan Lain-Lain).
3.
4. Musik Pudar

5. Fade Out Sound
6. ……….
7. ……….
8. ……….

9. Fade out tape (VTR. Film dll)
10. Musik in.

11. Stop music Keterangan:
Fade up sound dari nol sampai full.
Peringatan sebelum mulai




Volume Sound/musik diturunkan
Volume musik terdengar rendah dari sumber suara utama
Fade out seluruh suara
Tambah volume musik
Menaikan volume musik
Fade out satu sumber dan menaikan sumber suara lain
Fade out sumber suara dari sumber-sumber suara yang spesifik
Masukan musik secara tiba-tiba dengan full volume
hentikan musik dengan tiba-tiba

D. Untuk Vision Mixer
Aba-aba:
1. Cut 1
2. Fade ke 1
3. Stand by fade cut 2.
4. Fade cut 2
5. Mix ke 3
6. Stand by mix ke 3

7. Siap untuk super 3

8. Super impose 3


9. Take 2 out

10. Wipe 3 dari 2

11. Wipe 3



12. Fade out ke black Keterangan:
Swith ke kamera 1
Menaikan fader kamera 1 dari nol ke full
Siap untuk fade out ke kamera 2
Menurunkan fader kamera 2
Mix dari sumber gambar yang diudara dengan kamera 3
Siap untuk melakukan mix kekamera 3
Peringatan sebelum memberikan intrruksi untuk melakukan/bertintindak
Fade in ke kamera 3 dengan sumber gambar yang sedang diudara
Hilangkan gambar kamera 2 dan sumber gambar lainnya
Stand by untuk wipe
Gambar kamera 3 menghilangkan gambar sebelumnya dengan corak elektronis tertentu
Fade out gambar ke black

E. Untuk Sumber lain.
Aba-aba
1. Quetelecine/start film, start Start proyektor film dan sebagai-VTR.
2. Terima kasih. Keterangan:
Star proyektor film dan sebagainya


Ucapan terima kasih kepada semua kerabat kerja.

3.2. Tuntutan Seni dan Teknik Audio Visual
Sesuai dengan tugas, tanggungjawab dan peranannya, tentu saja pengarah acara tidak hanya sekedar memberi-kan komando-komando kepada kerabat kerjanya, sebab komando-komando yang diberikan hakekatnya hanya me-rupakan sarana di dalam mengkordinasikan segaia pelak-sanaan, agar apa yang direncanakan dapat berhasil dengan baik. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bagaimana pengarah acara merekayasa karya seninya atau pereka-yasaan pekerjaan kreatif yang dapat mempengaruhi emosi khalayak penonton, dengan demikian karya seni dapat tercapai kalau teknik-teknik pekerjaan kreatif dipadukan sedemikian rupa, sehingga khalayak penonton dapat ter-tawa, terharu dan bahkan sampai mencurahkan air mata-nya, ini berarti bahwa bentuk seni yang dipergunakan untuk mempengaruhi emosi tadi, hanya merupakan teknik-teknik dari penciptanya dan itulah yang seialu dituntut ke¬pada setiap pengarah acara.
Tetapi meskipun demikian, karena pada program siar-an televisi berbagai teknik digabungkan dan diolah sedemi¬kian rupa, dengan tujuan untuk mempengaruhi khalayak, maka masalah-masalah seperti cerita, tema cerita, cara pendekatan kepada penonton, aktor, teknik pementasan, teknik visual, set, property dan lain sebagainya. merupa¬kan unsur penting yang ikut menentukan keberhasilan suatu program siaran, sehingga satu dengan lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan, sehingga merupakan suatu kesa-tuan yang dapat mempengaruhi emosi penonton tadi.
Tetapi bukan hanya itu yang menjadi tuntutan program siaran televisi, program siaran harus merupakan perjalanan ke dalam suatu realita (Journey into reality) se¬hingga khalayak penonton merasa seakan-akan meng-alami apa yang terjadi sehingga dapat larut ke daiam ce-ritanya. Teknik visual yang dipergunakan pengarah acara, tergantung dari keadaan jiwa (mood), tema dan akotornya, sehingga untuk setiap sequence dapat berlainan teknik yang akan dipergunakan.
Ada empat dasar teknik visual yang dapat diperguna¬kan untuk mempengaruhi emosi penonton. dua yang pertama adalah Cut dan Gerakan atau lazimnya disebut teknik kesinambungan (Continuity) dan dua berikutnya ada -lah Komposisi dan Pencahayaan, di mana kedua-duanya lebih untuk menarik perhatian khalayak.
Teknik cutting dan gerakan perencanaannya dilaku-kan oleh pengarah acara, sedang pelaksanaannya dilaku-kan oleh seorang editor, demikian halnya masalah kompo-sisi dan pencahayaan, pengarah acara juga telah mernbuat perencanaannya dan pelaksanaannya diserahkan kepada kamerawan dan penata cahaya. Dari sini terlihat peran pengarah acara sebagai kordinator dari para pelaksana dan merupakan kunci untuk dapat terciptanya kerjasama team.

1) Teknik menyambung gambar.
Teknik menyambung gambar yang telah dihasilkan oleh pengarah acara beserta kerabatnya. dilakukan pada saat tahapan ke IV pada Standard Operation Procedure (SOP), seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pelaksanaannya dilaksanakan oleh seorang editor. Karena itu tugas seorang editor adalah merupakan kunci terakhir dari suatu karya produksi program siaran televisi dalam hal penataan gambar tdi. Karena itu melalui teknik penyambungan gambar tadi seorang editor akan berusaha untuk mempengaruhi emosi khalayak penonton, tetapi ini tidak berarti bahwa seorang editor dapat bekerja menurut gagasan -nya sendiri, ia harus bekerja atas dasar Skenario yang telah diterima sebelumnya, di samping gagasan dari pengarah acara, sebab sebelum penyambungan dmulai pengarah acara telah memberikan arahan sesuai dengan kerja kreatifnya, hal ini berarti bahwa rugas dan tanggungjawab seorang editor tidak dapat dipan-dang enteng, sebab apabila seorang editor kurang menyadari akan tugas beratnya, akan menyebabkan bahan-bahan gambar kasar yang telah digarap baik oleh pengarah acara, hanya akan terbuang begird saja, oleh karena itu pengarah acara sebelumnya harus sudah mempunyai konsep yang pasti tentang apa yang diinginkan oleh karya produksinya serta mem¬berikan arahan sejelas-jelasnya, sehingga tidak mem-bingungkan tugas seorang editor.
Karena karakter produksi program siaran televisi pada dasarnya ada dua jenis, yaitu yang disiarkan se-cara langsung dan direkam lebih dahulu, maka tugas seorang editor bagi produksi yang disiarkan secara langsung ditangani oleh seorang pemandu gambar atau Switcher, di mana switcher ini bekerjanya didasarkan atas skenario yang disusun dari hasil latihan-latihan dan selalu bekerjasama dengan pengarah acara, di dalam hal melakukan pergantian gambar. Karena siaran langsung tentu saja setiap pergantian gambar harus dilakukan dengan cepat dan tepat, sebab suatu kesalahan sudah tidak dapat diulangi lagi. Lain halnya dengan karakter produksi yang direkam lebih dahulu apakah dengan menggunakan beberapa kamera atau hanya satu kamera saja, di mana pengambilan gambar dapat diuiangi sampai mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan pengarah acara, tetapi akibatnya justru akan menjadikan tugas berat bagi seorang editor nantinya, karena harus memilih gambar-gambar yang baik, bukan hanya dalam arti baik kualitas gambarnya, tetapi juga masalah gerakan, komposisi, pencahayaan-nya dan yang lebih penting lagi adalah cocoknya untuk ditempatkan dalam suatu scene yang kemudian di-rangkai dalam sequence, demikian pula gambar-gambar yang dapat disisipkan ke dalam scene-scene tadi sehingga susunan gambar tidak terasa datar. Hal-hal tersebut di atas sangat penting artinya untuk ber-upaya mempengaruhi emosi khalayak penonton, sebab susunan gambar yang terasa datar hanya akan me-ninabobokan penonton saja.
Dari uraian sekilas di atas menunjukkan bahwa teknik penyambungan gambar berhubungan erat de¬ngan gerakan. komposisi serta pencahayaan. Berapa banyak jumlah potongan gambar untuk setiap sequennya belum atau tidak ada kebakuannya, hal tersebut semata-mata tergantung dari kepekaan rasa seorang editor saja, memberikan pengaruh kedi-namikan langkah untuk menuju penyelesaian dari sequence tadi, ini berarti akan mempercepat gerak langkah mempengaruhi emosi khalayak.
Hal tersebut terlihat dan terasa kalau kita melihat sebuah sequence medan perang, di mana terlihat se-cara berangsur-angsur memperpendek scenenya tetapi menambah actionnya, baru menjelang mende-kati klimaksnya, pergantian scene semakin cepat, dengan perubahan pergantian scene semakin cepat, dengan perubahan pergantian ukuran gambar serta sudut pengambilannya, Long Shot, Close Up, High Angle ke Low Angle, saling berganti, yang tentu saja disesuaikan dengan tempo dari actionnya yang sedang memuncak, kemudian kalau klimaksnya sudah tercapai scenenya kembali lebih panjang, sehingga memberikan kesan seolah-lah khalayak penonton diajak untuk me¬lihat hasil dari ketegangan tadi.
Di sinilah peran seorang pengarah acar.a serta seorang editor, di dalam hal mempertaruhkan hasil karyanya, hanya dengan suatu kerjasama yang baik semuanya dapat tercapai, khususnya di dalam hal mempengaruhi emosi khalayak.

2) Gerakan.
Yang dimaksud dengan gerakan di sini adalah teknik per.empatan kamera, gerakan kamera serta perubah-an-perubahan ukuran gambar, sebab masalah gerakan ini erat kaitannya dengan hasil dari teknik visual yang telah direncanakan oleh pengarah acara. Di samping itu gerakan ini juga erat kaitannya dengan gerakan subyek.
Dengan menggunakan teknik gerakan yang baik, sangat membantu untuk mempengaruhi emosi khala-ya, sebab seperti telah diuraikan di muka, bahwa se¬tiap gerakan dalam bentuk apa pun pasti mempunyai suatu motivasi dan motivasi ini erat kaitannya dengan tujuan, sebagai contoh penggantian gambar dari Medium Close Up ke Close Up bermaksud untuk menunjukkan karakter dari tokoh peran tadi, ini ber¬arti membantu khalayak untuk lebih mengenal dari dekat tokoh peran tadi, demikian pula perpindahan dari Long Shot ke Close Up, ini mengajak penonton untuk bergerak menuju ke tokoh peran, agar mem -punyai perasaan akrab dengannya.
Demikian halnya gerakan kamera dalam hubung -annya dengan gerakan subyek, juga mempunyai maksud-maksud tertentu (ingat primary, secondary, tertiary movement pada bab terdahulu).
Tanpa adanya gerakan maka sulit untuk menam-pakkan keanggunan subyeknya, karena itu jarang se-kali pengarah acara akan menggunakan gerakan kamera tanpa gerakan subyek, sebaliknya gerakan kamera yang pelan sambil mengarahkan ke subyek yang berupa benda mati, akan menimbulkan kesan tersendiri terhadap benda tadi, demikian halnya kamera dapat mengikuti pandangan tokoh peran, dengan demikian akan terlihat hubungan antara tokoh peran tadi dengan penonton dan ini disebut "the Subjective camera" dan cara ini hanya dipergunakan seperti sebuah "cut away" dari rangkaian sebuah scene.
Gerakan yang dilakukan dengan cepat akan mem-berikan kesan hidup, gembira, sebaliknya yang pelan -pelan dapat menciptakan suasana sedih. tegang, tenang dan bahkan datar, tetapi hal tersebut tentu saja berhubungan dengan kondisi ceritanya.
Tetapi di dalam pelaksanaannya tidak semudah seperti apa yang kita bayangkan, sebab peran seorang pengarah acara sangat menentukan, sebab ia harus mengetahui gerakan mana yang sekiranya akan dapat membantu membangkitkan emosi yang dikehendaki dan tentu saja hanya pengalaman dan kepekaan pera-saan pengarah acara yang dapat membantu.

3) Komposisi
Telah diuraikan di muka bahwa masalah komposisi tidak dapat dipelajari dan kemudian untuk dimengerti tetapi lebih kepada masalah citarasa, meskipun derni-kian tidak berarti masalah komposisi ini tidak ada arah kebakuannya.
Di dalam komposisi ada dua aspek yang perlu di-fahami, yaitu aspek sudut (angle) dan bingkai (framing). Sudut berkenaan dengan arah mana kamera dibidik-kan ke subyeknya, sedang framing berkenaan dengan subyek yang menjadi sasaran kamera dan penempat-annya di dalam bingkai tadi, di mana hal ini dapat ter¬lihat jelas pada viewfinder kameranya.
Untuk menghayati masalah ini telah disarankan kepada pengarah acara yang baru, untuk rajin meng-amati serta memperhatikan keadaan lingkungan dan rajin menonton pameran-pameran foto, lukisan dan lainnya yang erat dengan masalah komposisi, dengan demikian akan dapat memacu kepekaan rasa di dalam masalah komposisi.
Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan bagaimana pengaruh atau kesan terhadap high angle shot serta low angle shot, di mana subyeknya memberikan kesan keci! dan dalam keadaan tertekan dan sebaliknya dapat memberikan kesan garang atas subyek tadi, hal lain dapat juga dirasakan misalnya dua orang berhadapan danakan beradu otot, coba kita ambil dari bawah selangkah kaki dengan latar depan kedua pangkal paha-nya dan lawannya yang berdiri di antara pangkal tadi kelihatan kecil, tentu akan member! kesan dalam waktu singkat lawan tadi dapat dihabisi. Dengan demikian sudut pengambilan yang ekstrim dapat memberikan suatu "schok" atau dengan kata lain dengan sudut-sudut pengambilan yang ekstrim dapat digunakan untuk membangkitkan rasa tegang, tetapi tentu saja peng-gunaannya jangan terlalu sering, artinya penggunaan-nya harus terbatas dan bila perlu saja. Sebagai contoh misalnya apabila sedang membangkitkan emosi pe-nonton, pergunakan pada tingkat pandangan (view¬ point) dan pembingkaian (framing) yang normal atau sedikit menyimpang, dengan menempatkan sedikit prop di depan subyek dengan tujuan sedikit menghalangi sehingga dapat memberikan "schok effect" yang kecil saja, hal ini secara psikologis dapat membuat sedikit jengkelnya khalayak dan apabila ini dapat dicapai baru pada puncak emosinya kita gunakan dengan sudut pengambilan yang ekstrim.
Framing di sini dalam kaitannya pembingkaian gambar yang akan diambil dan hal ini juga dapat mem-pengaruhi emosi, sebuah Long Shot menyebabkan khalayak penonton ditempatkan sebagai penonton saja, lain halnya dengan Tight Close Up. dari tokoh peran sering dapat membangkitkan emosi khalayak, karena mereka mengetahui lebih jelas karakteristasi tokoh peran tadi. Tetapi untuk pengambilan Long Shot kadang-kadang juga mempengaruhi pengaruh iba dari khalayak terhadap tokoh peran, misalya saja Long Shot seorang tokoh di daerah gersang, akan menim-bulkan betapa kecilnya umat manusia di bumi ini dalam hubungannya Sang Pencipta, karena itu pengarah acara apabila menginginkan adanya shot-shot tertentu yang diinginkan dapat mempengaruhi emosi maka di dalam skenario, akan dibuat gambar-gambarnya yang disebut dengan Story Board dan dengan dasar gambar-gambar ini akan memudahkan kamerawan untuk mengambil gambarnya, karena gambar tadi sudah menunjukkan sudut pengambilan serta kompo-sisinya yang dikehendaki.

4) Pencahayaan
Pencahayaaan menjadi tanggungjawab penata cahaya, tetapi bekerjanya selalu berkonsultasi dengan kamera¬wan, penata cahaya bukan hanya sebagai ahli teknik dalam hal penataan lampu, tetapi ia juga sebagai se¬orang seniman, sebab ia bukan hanya sekedar menata lampu dengan perbandingan cahaya yang dihasilkan, tetapi ia harus dapat merasakan cahaya yang dihasi! -kan tadi apa sudah dapat memenuhi penekanan dramatik yang diinginkan oleh pengarah acara, karena itu harus bekerjasama dengan kamerawan, agar hasil-nya segera dapat dikontrol melalui monitor.
Untuk mencapai ini bukan saja kamerawan harus mempelajari naskah lebih dahulu, tetapi bagi seorang penata cahaya juga tidak kalah pentingnya untuk mempelajari naskah yang telah dibagikan, dan tidak lupa pula harus berkonsultasi dengan sutradara. mengenai rencana serta bagaimana menterjemahkan ceritanya, sebab tata cahaya bukan hanya untuk memberikan penerangan agar subyek dapat diambil dengan kamera dan dapat menghasilkan gambar yang baik, sebab melalui pencahayaan juga dapat membantu mempengaruhi emosi, pencahayaan yang banyak bagian yang gelap, dapat memberikan kesan misterius dan dapat memberikan efek dramatis, sebaliknya pen¬cahayaan yang banyak bagian terang, melukiskan keadan jiwa yang riang gembira. Tetapi perlu pula di-ingat bahwa masaiah pencahayaan tidak akan terlepas pula dengan masaiah tata dekorasi dan pewarnaan-nya, dengan penataan set yang direncanakan oleh Designer, maka penata cahaya dapat mempelajari jauh sebelumnya.

1 komentar: