TEORI KONVERGENSI BUDAYA
Perspektif konvergensi ini berasal dari teori fisika yang menjelaskan tentang pembiasan sinar dan pantulan kaca. Seperti yang diutarakan Rogers dan Kincaid (1981) komunikasi antar budaya bertujuan untuk dapat bersama-sama menggambarkan, menguraikan dan memprediksi pesan-pesan yang berkaitan dengan perubahan atau perbedaaan kebudayaan pada tingkat dan arah tertentu pada suatu waktu atau rangkaian waktu dari beberapa kelompok budaya.
Menurut Barnett dan Kincaid kebudayaan selalu dihubungkan dengan aspek material suatu masyarakat, atau yang berkaitan dengan aspek yang dapat dilihat dari luar saja. Murdock dalam Gundykunst (1983) menekankan bahwa kebudayaan terdiri dari kebiasaan dan kecendrungan bertindak dengan cara tertentu. Namun Goodneugh dalam Gundykunts mengatakan bahwa kebudayaan bukan hanya sekedar perilaku tetapi juga bentuk-bentuk gagasan dan ide yang dimiliki manusia dalam akal budinya. Pernyataan ini juga didukung oleh Nieburg yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah aktivitas sosial yang dibagi antargenerasi :jadi kebudayaan bersifat konvegensi.
Pendekatan konvergensi sebenarnya tidak berniat berubaha atau memperbaharui model-model klasik komunikasi seperti model liniear, satu tahap, dua tahap dan sebagainya. Model konvergensi atau sering pula disebut model interaktif menganggap bahwa komunikasi merupakan transaksi diantara partisipan yang setiap orang memberikan kontribusi pada transaksi tersebut.
Model komunikasi menurut pendekatan konvergensi, menetapkan satu fokus utama yakni hubungan timbal balik antara partisipan komunikasi karena mereka saling membutuhkan daripada model yang mengutamakan hanya satu pihak. Analisis terhadap proses komunikasi selalu berada pada tingkatan : analisis fisik, psikologis dan sosial. Keseimbangan antara fisik, psikologi dan sosial merupakan hal utama dari analisis konvergensi.
Ada empat kemungkinan hasil komunikasi konvergensi, yakni :
1. Dua pihak saling memahami makna informasi dan menyatakan setuju
2. Dua pihak saling memahami makna informasi dan menyatakan tidak setuju
3. Dua pihak tidak memahami informasi namun menyatakan setuju.
4. Dua pihak tidak memahami makna informasi dan menyatakan tidak setuju.
Berikut digambarkan model teori konvergensi budaya :
1. Model Tumpang tindih (Overlapping of interest)
Situasi komunikasi antarbudaya,manakala ruang tumpang tindih makin besar maka semakin banyak pengalaman yang sama dan komunikasi semakin efektif. Model ini tidak mencantumkan pengirim dan penerima, semua partisipan sama derajatnya.
2. Model spiral (Heliks)
Komunikasi diantara partisipan menimbulkan konvergensi. Hal ini dapat terjadi cengan beberapa cara : partisipan-partisipan itu bisa bergerak menuju kea rah suatu titik bersama dan saling memahami, satu partisipan mungkin bergerak ke arah yang lain, proses konvergen itu terjadi dalam satu kurun waktu.
3. Model Zigzag
Model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses interaktif. Terdapat pertukaran tanda-tanda informasi, apakah verbal dan nonverbal ataupun paralinguistik. Model ini tidak menunjukkan adanya transfer informasi. Komunikasi tidak serta mentransfer informasi namun hanya memberi waktu bagi para partisipan waktu untuk memahami makna informasi. Komunikasi menyerupai suatu proses negosiasi dari waktu ke waktu sampai pada tingkat persetujuan.
0 comments:
Posting Komentar